Lorong Istana Timur terasa dingin . Dindingnya, dilapisi batu giok pucat, memantulkan cahaya rembulan yang masuk melalui celah sempit. Suar...

Dracin Terbaru: Pedang Yang Mengubur Kejahatan Dracin Terbaru: Pedang Yang Mengubur Kejahatan

Dracin Terbaru: Pedang Yang Mengubur Kejahatan

Dracin Terbaru: Pedang Yang Mengubur Kejahatan

Lorong Istana Timur terasa dingin. Dindingnya, dilapisi batu giok pucat, memantulkan cahaya rembulan yang masuk melalui celah sempit. Suara gemericik air dari kolam ikan koi di kejauhan, bukannya menenangkan, malah menambah kesan sunyi yang mencekam. Setelah sepuluh tahun, akhirnya ia kembali.

Dulu, semua orang mengira Pangeran Lian sudah tewas, jatuh ke jurang maut saat berburu di Pegunungan Seribu Kabut. Sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan seorang pangeran yang malang. Namun, malam ini, sosoknya berdiri tegak di hadapan Kaisar Xian, kakaknya sendiri.

"Lian..." bisik Kaisar Xian, suaranya bergetar. Ia duduk di singgasana, tubuhnya diselimuti jubah naga keemasan, namun wajahnya pucat pasi. Di tangannya tergenggam erat cawan anggur.

Lian membungkuk hormat. "Yang Mulia Kaisar. Maafkan kelancangan hamba karena baru kembali."

"Dimana saja kau selama ini? Semua orang mengira kau sudah..." Kaisar Xian tak mampu melanjutkan kalimatnya.

Lian mengangkat tangannya, menunjukkan pedang di pinggangnya. Bukan pedang biasa. Bilahnya memancarkan aura kehitaman, diukir dengan motif naga yang aneh, seperti tengah menelan bulan. "Pedang ini... adalah jawaban atas pertanyaan yang tak pernah Yang Mulia ucapkan."

"Pedang... Pedang Iblis Pengubur Arwah?" Kaisar Xian menumpahkan anggurnya. Matanya membelalak ngeri. Pedang itu adalah legenda, senjata yang dipercaya mampu mengungkap kejahatan tersembunyi.

"Benar. Pedang ini telah membimbing hamba selama sepuluh tahun. Ia menunjukkan kepada hamba KERAJAAN yang sesungguhnya. Ia menunjukkan siapa yang mendorong hamba ke jurang itu." Suara Lian lirih, namun setiap katanya menusuk seperti jarum.

Kaisar Xian terdiam. Keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kau... menuduhku?"

Lian tersenyum tipis, senyum yang tidak sampai ke matanya. "Hamba tidak menuduh. Hamba hanya mengingat. Ingat bagaimana Yang Mulia selalu iri pada hamba, pada bakat hamba, pada cinta rakyat kepada hamba. Ingat bagaimana Yang Mulia berencana menyingkirkan hamba agar tak ada lagi yang menghalangi jalan Yang Mulia menuju takhta."

"Itu... itu fitnah!" Kaisar Xian berusaha membantah, namun suaranya terdengar sumbang.

Lian melangkah mendekat. "Bukan fitnah, Yang Mulia. Kebenaran. Kebenaran yang selama ini disembunyikan di balik jubah kekuasaan." Ia mengangkat pedangnya, bilahnya berkilauan dalam remang cahaya. "Pedang ini... akan mengubur kejahatan."

Kaisar Xian bangkit dari singgasana, berusaha meraih pedang di pinggangnya. Namun, Lian lebih cepat. Dalam sekejap, pedang Pengubur Arwah melesat, tidak menembus jantung Kaisar, melainkan memotong jubah naga keemasannya. Jubah itu jatuh ke lantai, memperlihatkan pakaian polos berwarna putih di baliknya.

Lian menendang jubah itu ke kaki Kaisar. "Yang Mulia... selalu menjadi korban. Korban dari ambisi sendiri."

Kaisar Xian terhuyung, menatap jubahnya dengan tatapan kosong. Akhirnya... ia mengerti. Selama ini, ia hanya boneka, diperalat oleh ambisinya sendiri. Pangeran Lian tahu.

Lian berbalik, melangkah pergi meninggalkan Kaisar yang terdiam di singgasana. Kebenaran telah terungkap, namun rasanya lebih berat dari sebelumnya.

Dan sunyi pun kembali merajai Istana Timur, seolah menunggu penguburan yang sesungguhnya...

You Might Also Like: Jual Skincare Untuk Ibu Hamil Dan

0 Comments: