Hujan mengguyur kota, sama seperti air mata yang membasahi pipi Anya. Lampu-lampu kota berpendar buram, memantulkan kesedihan yang mendalam di matanya. Di hadapannya, berdiri Raka. Sosok yang dulu memenuhi mimpinya dengan warna, kini hanya siluet kelabu di tengah badai.
Lima tahun lalu, di bawah pohon sakura yang bermekaran, mereka berjanji. Janji sehidup semati. Janji akan selalu ada. Anya menyimpan janji itu dalam hatinya, menjaganya seperti permata paling berharga. Raka? Dia menguburnya di bawah gemerlap dunia yang baru ditemukannya.
"Anya…" suara Raka serak, nyaris tenggelam dalam deru hujan. "Maafkan aku."
Kata-kata itu, seharusnya, adalah kata-kata yang Anya dambakan selama bertahun-tahun. Tapi, terlambat. Terlalu terlambat. Hatinya sudah membeku, membentengi diri dari harapan kosong.
"Maaf? Untuk apa, Raka?" tanya Anya, suaranya dingin dan datar. Tidak ada lagi getar cinta di sana. Hanya kekosongan. "Untuk janji yang kau ingkari? Untuk mimpi yang kau hancurkan? Untuk lima tahun yang kau curi dari hidupku?"
Raka terdiam. Dia tahu Anya benar. Dia telah memilih jalan yang berbeda, jalan yang dipenuhi ambisi dan kekayaan, jalan yang meninggalkan Anya jauh di belakang.
"Aku… aku menyesal, Anya. Aku sangat menyesal." Raka mencoba meraih tangannya, tapi Anya menghindar.
"Penyesalanmu tidak berarti apa-apa bagiku, Raka. Penyesalanmu tidak akan mengembalikan waktu, tidak akan menghidupkan kembali mimpi-mimpiku." Anya menatapnya dengan tatapan yang menusuk. Tatapan yang tidak lagi memohon, hanya menuntut.
"Aku tahu…" Raka menunduk.
Anya tersenyum pahit. Senyum yang tidak sampai ke matanya. "Kau tahu? Baguslah. Karena sekarang, giliranmu yang akan merasakan apa yang kurasakan."
Anya berbalik, melangkah menjauh dari Raka. Meninggalkannya berdiri seorang diri di bawah hujan. Raka tidak menyadari, bahwa perusahaan yang selama ini menjadi sumber kebahagiaannya, kini berada di ambang kehancuran. Semua berkat permainan halus Anya, yang belajar dari kesakitannya sendiri.
Beberapa bulan kemudian, Raka kehilangan segalanya. Kekayaan, reputasi, dan semua yang dia perjuangkan. Dia bangkrut dan ditinggalkan sendirian.
Takdir memang terkadang punya cara yang unik untuk menyeimbangkan neraca kehidupan.
Dan ketika Raka, dalam keadaan terpuruknya, menemukan sebuah amplop tanpa nama berisi foto-foto mesranya dengan seorang wanita lain lima tahun lalu, dia akhirnya mengerti.
Balas dendam Anya bukan tentang teriakan atau amarah. Tapi tentang diam yang mematikan.
Cinta yang telah mati, meninggalkan benih dendam yang akan terus bersemi, sampai kapan?
You Might Also Like: 116 Kenapa Harus Sunscreen Mineral
0 Comments: