Aku Menjadi File Hilang Yang Masih Bisa Ia Rasakan
Angin malam di tepi Sungai Huangpu berbisik dingin, sama dinginnya dengan hatiku. Di sekelilingku, gemerlap lampu kota Shanghai berdansa riang, tak peduli pada retakan yang menganga di dalam diriku. Aku berdiri di sini, mengenakan gaun sutra merah marun yang membelai kulitku seperti janji yang dulu pernah diucapkan bibirnya – halus, namun PALSU.
Lima tahun. Lima tahun aku mencintai Zhang Wei dengan segenap jiwa ragaku. Lima tahun aku membangun kerajaan bersamanya, batu demi batu, keringat demi keringat. Aku, Li Mei, wanita di balik kesuksesannya, wanita yang selalu berada di sisinya, dalam suka maupun duka. Aku adalah file tersembunyi dalam sistem kehidupannya, penting, namun tak pernah diakui keberadaannya secara terbuka.
Dulu, senyumnya adalah matahariku, menerangi setiap sudut gelap dalam hidupku. Sekarang, senyum itu hanyalah topeng indah yang menyembunyikan pengkhianatan. Pelukannya, yang dulu kurasa begitu hangat dan menenangkan, kini terasa seperti racun mematikan yang perlahan merusak organ dalamku. Janji-janjinya, yang dulu kuukir dalam hatiku sebagai prasasti abadi, kini berubah menjadi belati-belati tajam yang menusuk tanpa ampun.
Aku melihatnya. Di kejauhan, ia tertawa, menggandeng wanita lain. Wanita yang lebih muda, lebih cantik, lebih… sesuai dengan citra yang ingin ia tampilkan. Ia tidak melihatku. Atau mungkin, ia pura-pura tidak melihatku.
Aku menarik napas dalam-dalam. Tidak. Aku tidak akan menangis. Aku tidak akan membiarkan ia melihat air mataku. Aku, Li Mei, tidak akan runtuh. Aku akan tetap berdiri, dengan kepala tegak dan senyum anggun yang terlatih di depan cermin selama bertahun-tahun.
Aku membiarkan rasa sakit itu mengalir, seperti sungai yang terus mengalir menuju laut. Aku membiarkannya membersihkan diriku, memurnikanku. Rasa sakit ini akan menjadi bahan bakar, membakar habis sisa-sisa cinta bodohku, dan menyulut api BALAS DENDAM.
Aku tidak akan membunuhnya. Aku tidak akan menyakiti fisiknya. Aku akan menghancurkannya dari dalam, dengan cara yang paling menyakitkan. Aku akan mengambil kembali semua yang menjadi milikku, lebih dari itu. Aku akan menghancurkan reputasinya, bisnisnya, kebahagiaannya.
Aku akan memastikan bahwa ia akan selalu mengingatku, bukan sebagai Li Mei yang mencintainya dengan bodoh, tapi sebagai file hilang yang MASIH BISA IA RASAKAN keberadaannya, menghantuinya dalam setiap mimpi buruknya. Aku akan menjadi hantu masa lalu yang selalu membisikkan penyesalan di telinganya.
Beberapa bulan kemudian, kerajaan bisnisnya mulai runtuh. Aku, dengan tangan dingin dan perhitungan matang, menarik benang-benang takdir, menghancurkan satu per satu pilarnya. Ia kehilangan segalanya. Wanita itu meninggalkannya. Ia sendirian, hancur, dan dipenuhi penyesalan.
Suatu malam, ia menemukanku. Di tepi Sungai Huangpu, di tempat yang sama di mana hatiku hancur. Ia berlutut di hadapanku, memohon ampun. Air matanya membasahi pipinya.
Aku menatapnya dengan tatapan dingin, tanpa emosi. "Aku memaafkanmu," kataku, dengan suara yang sedingin es. "Tapi aku tidak akan pernah melupakanmu."
Aku berbalik dan meninggalkannya, sendirian dalam kehancurannya. Aku tahu, penyesalan itu akan menghantuinya seumur hidupnya. Balas dendamku telah selesai.
Aku berjalan menjauhi Sungai Huangpu, menuju masa depan yang tidak lagi melibatkan dirinya. Aku merasa… kosong. Menang? Ya. Bahagia? Tidak.
Rasanya seperti memenangkan perang, tapi kehilangan diri sendiri dalam prosesnya.
Cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama… dan terkadang, sangat sulit membedakannya.
You Might Also Like: 49 Covenant Renewal Sunday 2023
0 Comments: