Tahta yang Bergetar Saat Nama Itu Disebut
Malam itu sunyi, hanya gemericik air di kolam teratai yang menemani Li Wei di Paviliun Bulan. Jemarinya yang lentik memetik senar guqin, melahirkan melodi lirih, penuh penyesalan. Nada-nada itu merangkai kisah seorang putri yang dicintai, lalu dikhianati. Kisah dirinya.
Dulu, sebelum Kaisar menunjuknya sebagai pewaris tahta, sebelum senyum manis Pangeran Keempat – saudara tirinya – berubah menjadi seringai licik, hidup Li Wei adalah taman bunga yang tak pernah layu. Sekarang, taman itu gersang. Disiram dengan darah pengkhianatan.
Bukan karena ia lemah sehingga ia memilih diam. Bukan karena ia tak mampu membalas dendam. RAHASIA yang ia simpan terlalu besar, terlalu berbahaya untuk diungkapkan. Rahasia tentang garis keturunan sebenarnya, tentang RAMALAN yang menyebutkan seorang keturunan naga akan membawa kemakmuran atau kehancuran bagi dinasti. Dan dialah keturunan naga itu.
Pangeran Keempat, dengan ambisi membara, menuduhnya berkhianat, bersekongkol dengan bangsa barbar di perbatasan. Bukti-bukti palsu disebar, saksi-saksi bayaran bersumpah dusta. Li Wei hanya menunduk, menerima tuduhan itu. Ia rela kehilangan tahta, asalkan kebenaran tentang dirinya tetap terkubur.
Namun, ada satu kejanggalan yang terus menghantuinya. Sebuah AMULET giok berbentuk naga yang selalu ia kenakan, hilang. Amulet yang seharusnya menjadi jaminan keselamatannya, amulet yang menyimpan KEKUATAN tersembunyi. Siapa yang mencurinya? Dan mengapa?
Waktu berlalu, Pangeran Keempat dinobatkan menjadi Kaisar. Kekuasaannya absolut, tapi ada getaran aneh yang selalu ia rasakan setiap kali nama Li Wei disebut. Bayangan sang putri yang dulu dicemoohnya kini menghantui mimpinya.
Malam itu, saat perayaan kenaikan tahta, Li Wei muncul. Bukan sebagai seorang tahanan, bukan sebagai seorang pengemis. Ia berdiri tegak di hadapan Kaisar, mengenakan jubah sederhana namun memancarkan KHARISMA yang tak terbantahkan.
"Saudara," sapanya lirih, nada suaranya bagai angin sepoi yang membawa aroma keadilan. "Apakah kau benar-benar berpikir, merebut tahta dariku akan membuatmu bahagia?"
Kaisar terdiam. Ia merasakan sesuatu yang DINGIN menjalar di tulang punggungnya.
Li Wei mengangkat tangannya. Sebuah amulet giok, sama persis dengan miliknya, melayang di atas telapak tangannya. "Amulet ini adalah kunci. Kunci untuk membuka TAKDIR. Kunci untuk melihat KEBENARAN."
Ternyata, amulet yang dicuri Pangeran Keempat hanyalah DUPLIKAT. Amulet asli, yang menyimpan kekuatan naga sejati, SELALU berada di tangan Li Wei. Dan kini, kekuatan itu telah bangkit.
Tanpa kekerasan, tanpa pertumpahan darah, takdir berbalik arah. Kaisar terjebak dalam ILUSI ciptaannya sendiri, kekuasaannya runtuh bagai istana pasir diterjang ombak. Li Wei, dengan kekuatan yang tak pernah ia inginkan, DITAKDIRKAN memimpin.
Ia memandang langit malam, guqin di pangkuannya terdiam. Balas dendamnya bukan dengan kekerasan, tapi dengan MEMBIARKAN takdir memainkan perannya. Pahit, tapi indah.
Lalu, ia memetik satu nada terakhir, sebuah nada yang menggantung di udara, menyimpan janji dan penyesalan, harapan dan keputusasaan: Apakah benar, semua pengorbanan ini sepadan?
You Might Also Like: 0895403292432 Produk Skincare No
0 Comments: